Friday, August 27, 2010

ibu

      Saat beliau tertidur, terlihat ekspresi yang paling wajar dan paling jujur. Terlihat olehku, kulitnya yang mulai  keriput. Tangan yang dulu halus membelai belai tubuhku ketika bayi, kini kasar karena tempaan hidup yang keras. Semata mata, hanya karena kasih sayangnya yang tiada terkira hanya untuk kami. bahkan kami sering sekali salah arti akan pengorbanannya. Sempat aku bertanya akan semua ini. Beliau hanya berkata " nak, kamu akan merasakan semua ini. Tapi itu nanti, ketika Allah mempercayai kamu memberikan sang buah hati. Dalam mahligai rumah tanggamu kelak. Dan nanti apa yang kamu rasakan, kamu pasti akan mengingat apa yang aku katakan."
      Beliau mengutarakan setiap perjuangannya untuk kami.
"Anakku, bila aku boleh memilih antara berbadan langsing atau berbadan besar karena mengandungmu. Maka, aku akan memilih berbadan besar. Karena dalam mengandungmu, aku merasakan keajaiban dan kebesaran Allah. Sembilan bulan nak,kamu hidup diperutku. Kamu ikut kemanapun aku pergi. kamu ikut merasakan ketika jantungku berdetak karena kebahagiaan. kamu menendang rahimku, ketika kamu merasa tidak nyaman. Perjuangan ku untuk melahirkanmu. Menunggu dari jam ke jam, menit ke menit, kelahiranmu adalah seperti menunggu antrian memasuki salah satu pintu surgaNya. 
Karena kedahsyatan perjuanganmu untuk mencari jalan keluar ke dunia, itu sangat aku rasakan. Dan saat itulah, Kebesaran Allah menyelimuti kita berdua. Malaikat tersenyum, diantara peluh dan erangan sakit yang tak pernah bisa aku ceritakan kepada siapapun. Ketika kamu hadir, tangismu memecah dunia, saat itulah...saat paling membahagiakan. Segala sakit dan derita sirna, ketika melihat dirimu yang merah. Mendengarkan bapakmu mengumandangkan adzan, kalimat syahadat kebesaran Allah dan penetapan hati tentang junjungan kita Rosulullah ditelinga mungilmu.Setiap malam, aku harus bangun untuk menyusuimu. Aku telah membekali hidupmu dengan tetesan tetesan dan tegukan tegukan yang sangat berharga, dari keindahan milikku. Aku ikhlas...perlahan keindahan itu menghilang. Aku sangat merasakan kehangatan bibirmu yang mungil dan badanmu ketika tidur dalam dadaku, dan aku dalam keadaan kantuk. ...begitulah aku melayanimu setiap waktu. sampai saatnya tiba, aku harus meninggalkanmu dalam kesepian dan merana. Maafkan aku, anakku,,,maafkan aku. Hidup ini memang pilihan.dan Aku sedang berusaha menyempurnakan kehidupan kita. Percayalah nak, sepi dan ranamu adalah sebagian dukaku...karena kamu adalah belahan nyawa ibu. Saat ini...kamu pasti tidak begitu memahami perkataan ku, nak. tak apalah....apapun dugaanmu terhadapku, aku terima dengan ikhlas."
    Tak kuasa...aku mendengar semua kisah yang beliau ceritakan. Perlahan, butiran airmata menemani coretanku ini. Oh Tuhan....betapa tegarnya ibuku, betapa kuatnya beliau menahan semuanya. Aku tau,,,,setiap rintihan nya, hanya padaMu ibuku mengadu.... dalam setiap sujudnya., dalam setiap do'anya, beliau selalu membawa nama kami, anaknya. Betapa besar pengorbananmu, ibu. Semenjak aku masih berada dalam kandunganmu, sampai sekarang....dirimu berjuang untukku, untuk kami,,,,anak2mu.
     Semua keringat, semua air mata yang engkau teteskan, semata mata untuk aku, untuk kami, anakmu.

" Allahu Robbi...janganlah Engkau mencabut nyawa kedua orang tua kami. sebelum kami membawakan kebahagiaan untuk mereka. kebahagiaan untuk ibu kami.....yang telah membesarkan kami dengan perjuangan atas kasih sayang dan ketulusannya...untuk kami "
Allahummagfirlii dzunuubii waliwaalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanisogiiro..amin

1 comment: